Netmedia88.blogspot.comwww.tangkaspro.com - Hingga saat ini, masih belum ada yang mampu mengembangkan
vaksin atau obat untuk mencegah infeksi dan melawan virus Zika. Padahal, geliat
virus Zika masih saja mengusik manusia.
Awalnya, penyebaran virus Zika terbilang lama. Virus
tersebut membutuhkan waktu enam dekade untuk menyeberang dari Afrika ke Brazil.
Tetapi selanjutnya, hanya dalam waktu 60 minggu virus tersebut bisa tiba di
Florida Selatan, Amerika.
Awal mulanya, dokter di Brazil melaporkan ribuan kasus
penyakit tak dikenal. Gejalanya berupa ruam yang khas di kulit penderita,
kadang disertai demam, kadang tidak. Dengan gejala ini awalnya pasien diduga
terkena demam berdarah dengue.
Laboratorium nasional di Brazil pun menganalisis sampel
darah sejumlah pasien. Hasilnya, hanya sebagian kecil yang positif terkena
demam berdarah dengue. Pada tes berikutnya, menunjukkan hasil negatif pada
penyakit yang diduga muncul, seperti chikungunya, enterovirus, campak, rubella
dan parvovirus B19.
Setelah itu, pada 29 April 2015, sebuah laboratorium di
Brazil mengonfirmasi 16 kasus infeksi Zika. Virus tersebut pertama kali
ditemukan di hutan Uganda tahun 1947. Pada perkembangannya, awalnya virus ini
hanya terlihat di Afrika dan Asia, lalu menyebar ke Amerika. Berbagai pihak,
termasuk laboratorium GE Healthcare di Cardiff, Wales, telah mengupayakan
berbagai hal untuk memahami dan melawan virus Zika di Amerika dan berbagai
belahan dunia.
Sampai saat ini, virus Zika telah menyebar ke 67 negara
lewat nyamuk Aedes Aegypti. Banyak korban wabah virus ini yang tidak melapor,
karena gejala dari wabah ini mirip dengan gejala penyakit akibat gigitan nyamuk
Aedes Aegypti lainnya. Bahkan, kadang gejala itu tidak muncul sama sekali.
Tetapi sesungguhnya, akibat paling mengkhawatirkan dari
virus Zika ialah cacatnya kelahiran anak, seperti perkembangan otak yang tidak
lengkap, atau disebut dengan microcephaly. Selain itu, terdapat pula risiko
terkena sindrom Guillain-Barré, di mana sistem kekebalan tubuh nenyerang sistem
yang dikendalikan saraf. Risiko ini tentunya berbahaya. Itu sebabnya WHO
menyatakan ini merupakan keadaan darurat dan sangat butuh perhatian dari
masyarakat internasional.
Tercatat hingga Juni 2015, 11 negara atau teritori di
seluruh dunia telah melaporkan kasus microcephaly atau malformasi sistem saraf
pusat. 13 negara lain pun melaporkan peningkatan tingkat sindrom
Guillain-Barré.
Berhubung belum ada vaksin ataupun obat untuk melawan virus
ini, upaya yang bisa dilakukan berbagai pihak ialah kampanye pendidikan atau
penyuluhan kesehatan dan kebersihan. Selain itu, penyemprotan dan pengendalian
populasi nyamuk juga terus dilakukan.
Di samping itu, para ilmuwan di lapangan juga melakukan
sesuatu. Mereka mengumpulkan sampel nyamuk menggunakan kertas serat khusus yang
disebut Whatman FTA. Bahan tersebut diproduksi GE di Cardiff. Bahan itu diolah
secara kimia untuk memecah sel-sel dan menghancurkan protein yang dinyatakan
akan merusak DNA yang menempel pada seratnya.
Mengidentifikasi pasien yang telah terinfeksi virus dengan
cepat pun perkara yang tidak mudah. Proses ini hanya dimungkinkan oleh
teknologi modern. Namun, GR Healthcare Cardiff berupaya melakukan hal tersebut
menggunakan sebuah metode yang disebut reaksi berantai polimerase PCR. Metode
ini menghasilkan salinan RNA virus dengan cepat. Selanjutnya, tenaga medis
dapat mengidentifikasi virus dalam darah pasien.
Ke depannya, masih banyak PR yang perlu dikerjakan untuk
membasmi Zika. Di antaranya, mengembangkan alat diagnostik cepat dan vaksin
potensial. GE Healthcare Cardiff mengakui semua hal yang mesti dikerjakan ini
akan memakan banyak waktu. Meski begitu, kontribusi tenaga kerja GE Healthcare
Cardiff selama ini cukup mampu membantu mengakhiri virus Zika dan
penyakit-penyakitnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar